Jangan pernah tanyakan padaku perihal Cinta dan Kehidupan. Jawabannya pasti maklum, bias dan abstrak. Si idiot ini pasti akan bercerita tentang kelemahannya dalam memahami makna, ketidakmampuannya menyerap hakikat di dunia abu-abu yang serba ambigu ini.
Aku mau jujur padamu, bagiku kehidupan dan cinta itu cair. Aku tak bisa meraba atau memaknainya dalam bentuk matra. Mereka mengalir dalam kepala dan nadi seperti ombak soliton. Terus mengalir tanpa pernah mampu aku pahami.
Dalam semesta yang serba tiga dimensi ini cuma kamu mahkluk paling eksis di hadapanku yang bisa aku raih. Aku masukkan cinta dan hidup dalam ragamu lalu aku peluk. Hanya dengan cara itulah aku bisa paham arti cinta dan hidup.
Jadi jangan pernah bertanya "Apakah kau mencintaiku?", sebab aku pasti akan berjanji untuk selalu menjaga 'wadah ajaib' pemberian Tuhan ini sampai mati.
Cukup ya, jangan perpanjang masalah ini lagi, sebab yang ditanya pasti tidak bisa menjawab, hanya bisa bercermin pada botol bening dimana Tuhan mengisisnya dengan Cinta dan Hidup: Kamu.
(ditulis berdasarkan pertanyaan tidak penting dari seseorang saat membeli tajil hari pertama Ramadhan. Lupakan dulu hakikat cinta, ayo kita buka puasa)
Komentar