Aku pernah berkempatan untuk menginap di rumah temanku selama beberapa malam atas permintaannya karena orang tuanya sedang pergi ke luar kota. Rumahnya di sekitaran daerah Kober. Wilayahnya masih banyak tanah kosong dan jarak rumahnya sedikit berjauhan.
Malam pertama menginap aku terbangun saat tengah malam karena merasa haus. Karena letak kulkas ada di ruang tamu terpaksa aku harus berjalan ke sana. Kuambil air dingin dan langsung meneguknya dari mulut botol. Segar. Dari celah hordeng aku melihat bulan purnama bersinar terang sekali. Karena merasa tidak mengantuk aku putuskan berjalan-jalan ke luar sebentar sambil menghisap sebatang rokok.
Udaranya segar sekali. Di ujung jalan ada sebuah pertigaan, di sepanjang tepi jalan ada tembok setinggi sekitar dua meter membentang panjang dari depan jalan raya sampai ke dalam perkampungan. Aku penasaran ingin menemukan ujung tembok tersebut. Aku susuri pelan-pelan sambil menikmati udara malam.
Di dekat pohon petai cina aku mendengar suara wanita menyanyi dari balik tembok. Suaranya merdu tapi sendu. Aku berhenti untuk mendengarkan. Suasananya benar-benar syahdu, aku tengadah, di atas kepalaku ada purnama dan tunas-tunas pohon petai cina yang berjuntaian. Langitnya bersih. Suara nyanyian terdengar jelas. Aku terhipnotis selama beberapa saat. Tiba-tiba lagu itu berhenti. Aku menunggu tapi wanita itu tidak pernah meneruskan lagunya, aku merasa kehilangan.
Keesokan malamnya kejadian itu terulang lagi. Aku bangun tengah malam, menyusuri tembok di tepi jalan, di deket pohon petai cina aku terhipnotis lagi oleh bulan, nyanyian dan tunas petai cina yang berjuntaian. Saat nyanyian itu berhenti aku kehilangan.
Di malam ke empat kuputuskan untuk menyusur sampai ke ujung tembok dan mencari tahu siapa wanita yang setiap malam bernyanyi itu. Dari pertigaan terus kususuri sejauh tiga ratus meter, tapi ujung tembok masih juga belum terlihat. Di pertigaan jalan ke dua ada seorang ibu-ibu tua penjual serabi, aku mampir sebentar ingin membeli camilan sambil bertanya tentang daerah di balik tembok.
"Mbok, serabinya empat ya!"
"Dimakan di sini atau dibungkus, Nduk?"
"Di bungkus saja, Mbok."
"Iya."
"Ngomong-ngomong di balik tembok ini desa apa ya?"
"Di balik tembok ndak ada desa, lha wong di situ pekuburan semua."
Komentar