Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

MEREKAM KENANGAN-SI PONI

sumber : maaf, lupa Pagi itu aku terbangun dengan keadaan kepala sakit. Pasti karena semalam tidurku terlalu larut, pikirku. Kulihat jam yang ada di meja, sudah pukul 06.30. aku bangun dari tempat tidur dan segera berjalan menuju ke arah jendela, kusibakkan tirai, sinar matahari pagi yang cerah masuk menerobos kaca jendela, perlahan-lahan suasana kamarku mulai terasa hangat. Ini hari pertama dari cuti dua mingguku dan kurencanakan akan menulis sebanyak-banyaknya tentang masa laluku yang masih bisa kuingat. Setelah cuci muka dan menggosok gigi aku pergi ke dapur untuk menyeduh kopi. Sambil duduk-duduk dekat jendela kucoba mengingat-ingat peristiwa di hari pertama aku sekolah di SMP. Buram. Kucoba lagi. Masih buram. Aku menarik nafas panjang. Memori masa laluku seperti ter- reset . Aku tak bisa menggapai satu kenangan pun. Kugenggam gelas kopi yang masih panas. Treeetttt.... Treeettt…. Alarm dari hape -ku berbunyi nyaring. Tiba-tiba pikiranku tersedot. Momen

BOKEK

“Anak-anak mau muncak ke Semeru nih buat ikut upacara 17-an di sono . Lo mau ikut gak ?” Sekitar dua minggu yang lalu seorang sahabat saya berkata seperti itu. Saya hanya menggeleng. “Bokek,” gumam saya pelan. Dia pun ngeloyor pergi dengan muka masam, ajakan jalan-jalannya (untuk yang kesekian kali) saya tolak. Setelah dia pergi, saya segera beranjak ke kamar, menyiapakan seragam tempur. Jaket tebal anti air, celana parka pendek dan sandal gunung, tidak lupa dua bungkus rokok sekaligus pemantiknya. Bagi saya dan dunia saya sekarang, rokok ini adalah bahasa dunia, bahasa yang dipahami oleh orang-orang yang saya temui. Bagaimana   tidak, setiap saya bergentayangan di pasar dan mengobrol dengan     mamang-mamang kuli pengangkut sayur, hanya rokok dan kopilah yang menjadi media penguhubung universal antara saya dan mereka. Kalau saya memberikan sejumlah uang, terlalu menghina rasanya bagi mereka, jika saya memberi tebengan hot spot, belum tentu mereka bisa memanfa

MEREKAM KENANGAN-PANCASILA

MEREKAM KENANGAN 4 ~ Tanamkanlah di batinmu tunas nusa, kalimat tulang punggung negerimu. Penataran terlebih baik seusiamu, agar masuk merasuk tulang sum-sum~ Rita Ruby Hartland/ Bulu Garuda foto oleh: finniafnilia.blogspot.co.id Surprise!! Aku masuk kelas 1-4 dan Pak Sinaga adalah wali kelasku. Beliau mengajar mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) sekarang sudah diganti menjadi PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Kami masuk bersamaan ke dalam kelas. “Sekarang kau cari posisi duduk yang enaklah!” kata Pak Sinaga kepadaku. Aku edarkan pandangan, menyasar kemungkinan posisi yang paling strategis untuk aku tempati. Ternyata Si Poni satu kelas denganku, dia duduk di deret ketiga dari arah pintu, baris ke dua dari depan. Kami bertatapan sekilas. “Ei, Bujang. Kenapa kau diam saja? Lekas ambil posisi kau!” Suara Pak sinaga mengangetkanku. Dengan cepat aku berjalan. Ada satu kursi kosong di bagian belakang paling pojok. Posisi yang paling aman, pikirk