Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

AHAHAHAHA

sumber: www.hipwee.com “Dia itu seniman yang tidak punya perut. Di jaman yang serba materialistis dan hedonis ini masih saja bercerita tentang kemanusiaan, moral dan nurani. Siapa yang mau baca tulisannya? Sepertinya si penulis ini kebanyakan nongkrong di terminal, bergaul dengan gelandangan, berpanas-panas di lampu merah atau sibuk jadi relawan di daerah bencana. Dia rasanya jarang main ke toko buku dan melihat-lihat jajaran buku-buku best seller yang dipajang di sana.” “Mereka bilang kamu itu seniman yang tidak punya perut. Tengil, sok ekstensialis. Di jaman yang serba materialistis dan hedonis ini kamu masih saja bercerita tentang kemanusiaan, moral dan nurani? Siapa yang mau baca tulisannya? Sepertinya kamu kebanyakan nongkrong di terminal, bergaul dengan gelandangan, berpanas-panas di lampu merah atau sibuk jadi relawan di daerah bencana. Kamuharus sering main ke toko buku dan melihat-lihat jajaran buku best seller yang dipajang di sana.” “Mereka bilang sa

MENJARING MATAHARI - PART 2

sumber: versesofuniverse.blogspot.com “Lalu di mana kisah cintanya?” tanyaku dengan nada penasaran. Dia menatap ke arahku sambil tersenyum. “Itu yang aku suka dari seorang anak muda. Penuh semangat dan selalu merasa penasaran. Baiklah,” katanya sambil menegakkan tongkatnya. “Waktu itu musim semi, entahlah kenapa takdir membawaku ke Mostar? Di bawah bayang-bayang dedaunan yang berwarna-warni aku minum rakija sambil bercakap-cakap dengan penduduk sekitar. Kamu harus tahu Imran, mereka adalah orang-orang yang ramah. Orang yang mau memberikan rotinya saat kamu kelaparan dan membagi selimutnya jika kamu kedinginan. “Dilatarai jembatan kuno yang dibangun sejak zaman Ottoman, itulah kali pertama aku melihatnya. Seorang gadis bermata sebiru langit dan pipinya yang selalu kemerahan bagai buah kesemak. Di detik pertama aku melihatnya aku sadar aku sedang jatuh cinta, dan saat aku sadar sedang jatuh cinta lalu pasrah, di detik itu juga aku harus menanggung konsekuensi da

ODE TENGAH MALAM BUAT FARRAS

sumber: www.google.com Kalau hari-harimu mendadak buram dan malammu berkelimpahan fatamorgana, tetaplah berpegang erat pada mimpimu. Buat anakku, Farras Kamu harus tahu, jauh sebelum bumi ini ada. Ruhku dan ruh ibumu sudah lebih dahulu tercipta, saling membaui, memberi dan menerima rasa.  Aku, seorang gelandangan tak tahu diri, jatuh hati pada gadis yang berperan bidadari. Lalu cinta kami   mengental dan habis dibakar matahari. Muai, cinta kami terbang ke angkasa dan dikekalkan rembulan. Ingatlah satu hal, saat bulan purnama. Di sebuah gubuk di tepi selokan mampet yang menguarkan aroma nestapa. Aku pernah menggendongmu sambil mendongeng tentang nenek moyang kita purba. Kamu selalu bertanya-tanya, kenapa kita tidak terbang saja ke bulan lalu bertemu ibu? Tidak sesederhana itu. Ibumu adalah Renjana. Dia ada, selalu hadir tapi tak kasat mata. Biarlah dia kekal jadi selapis pleura yang membungkus paru-parumu senantiasa agar kamu tidak megap-megap kehabisan napa