Langsung ke konten utama

KECELAKAAN DAN REFLEKSI ODOP

KECELAKAAN DANREFLEKSI ODOP

Menulis adalah salah satu cara unik yang dikembangkan manusia untuk mentransfer ilmu, pemikiran dan pandangan. Menulis juga merupakan salah satu pembeda manusia dengan mahkluk lainnya. Seribu tahun ke depan bukan lagi tulang belulang yang seharusnya kita tinggalkan, bukan pula artefak handphone, laptop, mesin ATM atau mobil. Tulisanlah yang akan membuat kita dikenang.

Jujur saat pertama kali saya bergabung dengan program One Day One Post (ODOP) saya tidak menaruh ekspektasi terlalu banyak, minimal dengan bergabung dalam program ODOP saya bisa mendisiplinkan diri untuk menulis setiap hari, dan hebatnya ternyata hanya saya satu-satunya anggota yang berhasil menulis tanpa absen setiap hari walaupun tulisan saya adalah yang paling  ngawur, ejaannya serampangan dan diksinya ugal-ugalan.

Tapi toh dari situ ternyata saya bisa belajar satu hal. Menulis itu harus dipaksakan. Tak ada lagi istilah menunggu ilham datang. Menulislah, menulis dan menulis. Menulis saampai saat sebuah ‘kecelakaan’ datang dan saya sadar jika ternyata saya menyimpan suatu potensi yang tidak mungkin saya ketahui jika ‘kecelakaan’ itu tidak terjadi pada saya.

Sebuah kecelakaan yang indah. Sebuah kecelakaan yang tidak diharapkan tapi ternyata mencerahkan. Semoga dikesempatan  berikutnya saya akan dipertemukan dengan ‘kecelakaan-kecelakaan’ yang  jauh lebih hebat. Sebuah ‘kecelakaan’ yang sanggup membuka pikiran, ‘kecelakaan’ yang bisa membelalakan mata saya dan mengupas pelan-pelan selaput malas menulis dalam diri saya.

Terima kasih untuk semua anggota ODOP, Bang Syaiful Hadi dengan semua inspirasinya yang menyadarkan saya bahwa kekurangan adalah kelebihan yang tersamarkan, Mbak Princess yang meyakinkan saya bahwa semua manusia memiliki ‘gen’ sukses dalam diri mereka, Mbak Isni dengan kritikannya yang sering tidak saya sadari, dan semua anggota lain ysng tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Terima kasih sudah mau repot menggerakan jari dan membuka blog saya, ikut berpusing-pusing dengan tulisan saya yang urakan dan sulit dipahami. Semoga program ini juga menjadi salah satu ibadah bagi kita di bulan yang suci ini, karena sejatinya tulisan adalah satu cara menghargai pemberian Tuhan yang paling manusia banggakan: Akal budi dan pikiran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HANYA SEBUAH DOA SEDERHANA

“Aku hanya ingin sebuah kehidupan yang jujur dan sederhana. Sesederhana dan sejujur kopi hitam yang kusesap saat hari gerimis.” E-mail itu aku terima sekitar tiga bulan lalu. Tak pernah ada firasat sebelumnya kalau e-mail yang sederhana itu akan mengantarkan hidupku ke dalam sebuah potongan cerita tentang kehidupan yang sedemikian rumit.             Jam sebelas malam, gerimis sejak sore. Dengan perasaan malas tapi dipaksa perut yang lapar akhirnya aku melangkah juga dari kamar kost tiga kali dua meter yang pengap ini. Tujuanku jelas, nasi goreng Bang Anwar, karena hanya di sanalah aku bisa berhutang malam-malam begini dan juga ada wifi gratisan yang bisa aku tebeng . Lumayan, aku bisa mengecek      e-mail dan facebook sekalian browsing . Siapa tahu ada informasi lowongan kerja yang bisa aku lamar.             Menyedihkan memang, di zaman yang katanya serba canggih dan era digital tanpa batas ini, tetap saja aku harus bersusah payah nebeng hotspot tetangga untuk sek

MEREKAM KENANGAN: DEMENSIA

MEREKAM KENANGAN 1 Terima kasih banyak unuk keluarga, para sahabat, guru-guru dan mantan kekasih yang sudah bersedia menjalani banyak kenangan pahit dan manis bersama. Semoga dengan saya menuliskan cerita ini bisa membangkitkan  simpul-simpul kenangan yang sempat terlupa. Sebagian besar kisah dalam cerita ini -mungkin- pernah terjadi dalam hidup saya atau mungkin juga hanya fantasi dan reaksi alam bawah sadar saya yang secara langsung atau tidak langsung tidak bisa saya filter lagi karena penyakit yang saya derita ini.             Dua hari yang lalu aku terlambat sampai ke tempat kerja. Masalahnya sederhana, di perempatan jalan terakhir menuju ke tempat kerjaku tiba-tiba saja aku salah membelokkan motor yang aku kendarai, akibatnya aku harus memutar jauh dan terjebak kemacetan yang biasanya aku hindari. Sampai di tempat kerja aku menebak-nebak kenapa aku sampai bisa salah belok, apakah aku melamun? Padahal jalur yang aku tempuh sudah enam tahun lebih aku lalui, sampai aku h

MEREKAM KENANGAN: UNTUK DIA

MEREKAM KENANGAN 3 Kutuliskan cerita ini untuk mengenang satu nama. Jakarta. Siapa sih orang di Indonesia yang tidak mengenal nama kota ini? Jakarta yang menjadi Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Jakarta yang walaupun sumpek tetap saja menjadi magnet orang-orang untuk mencari peruntungan. Jakarta, yang sejak lahir sampai sekarang menjadi tempat saya hidup. Dan, di kota inilah semua cerita ini bermula. Langit sore di bulan Juli itu redup, angin gemuruh. Di sebelah selatan tampak awan hitam mulai berarak. Sesekali kilatan petir tampak diiringi suara guruh yang samar. “Buruan baris! Wooiii…. Pada ngapain ngumpul di situ?” Tidak jelas suara teriakan siapa, yang aku tahu itu pasti salah satu seniorku. “Ini cewek tengil amat. Mau beken di sini, hah?” Tiba-tiba saja semua mata menatap ke satu titik yang di tuju. Seorang gadis berkulit putih dengan rambut lurus berponi sedang bersandar di pagar sekolah. Hari ini adalah hari terakhir Masa Orientasi Siswa di salah s