Setiap awal tahun ajaran baru saya selalu saja melihat banyak ‘orang gila’ musiman. Mereka ramai-ramai bergelantungan di pintu Kopaja, berdesak-desakan dalam angkot, terguncang-guncang dalam bajaj atau terkantuk-kantuk di boncengan tukang ojek. Mereka memakai kaus kaki warna-warni, ikat rambut dari tali rapia, berselempangkan tas dari kantong kresek, aksesoris dari bungkus permen atau kulit jengkol, mereka berjalan sambil tertunduk-tunduk malu karena jadi perhatian di pusat keramaian. Beberapa hari sesudahanya pasti ramai diberita, ada anak sekolah yang kena tempeleng senior, ada orang tua yang melapor ke pihak kepolisian karena anaknya diperlakukan di luar batas kewajaran, bahkan yang paling miris ada yang sampai harus meregang nyawa, jadi korban dari program konyol yang dinamakan Masa Orientasi Siswa (MOS). Lalu para pejabat dari tingkat atas sampai tingkat yang paling bawah mulai kasak-kusuk mencari siapa yang salah, mulai mempertanyakan urgensi program MOS. Sesuai adat kebiasaan
JANGAN PERNAH MEMBELAKANGI MATAHARI