Di sinilah kita terdampar, di semesta asing entah berantah. Sayang kita datang saat gelap, saat masa-masa rawan, saat matahari dimakamkan tanpa nisan. Tak ada cahaya, peta yang aku bawa tak bisa terbaca. Duduk kita di gundukan tanah tertinggi karena khawatir kalau-kalau air pasang dan kita tenggelam.
Negeri ini kosong melompong, hanya ada air, tanah, udara, aku dan kamu. Negeri asing tanpa bendera yang hanya kita berdua saja penghuninya. Tapi herannya aku tak pernah merasa kesepian dengan keduaan ini. Kamu itu utuh, paket lengkap tanpa cela, kamu itu siang yang terang sekaligus malam yang hening, kamu adalah geraman guntur yang menggelegar sekaligus nyanyian merdu pengantar tidur. Kamu adalah kamu, ketunggalan lengkap yang tak pernah mampu aku ungkap.
Padahal jauh-jauh hari sebelum kita terdampar di tanah asing ini aku pernah bilang jangan pernah angkat jangkar, apalagi mencoba menaikkan layar, tapi kamu selalu bisa meyakinkanku kalau menarik sauh adalah jalan terbaik. Lalu berlayarlah kita dalam samudera luas yang seolah tanpa batas. Aku khawatir setengah mati jika kita tidak akan pernah menemukan jalan pulang lagi. Dalam temaram cahaya senja terakhir sebelum gelap masih bisa aku tangkap senyummu. Kamu yakin kita akan baik-baik saja. Dalam kamus hidupmu tak pernah ada kata tersesat. Bagimu tersesat berarti menemukan jalan baru ke sebuah negeri baru untuk merintis peradaban baru.
Malam merayap, tubuh kita bergetar, mengigil digigiti angin. Untuk menghangatkan diri kita berpelukan. Kutatap wajahmu lekat, khawatir ini adalah saat penghabisan untuk kita, tapi tak kutemu wajahmu di sana, malam terlalu gelap, hanya sempat kulihat sekelebat matamu yang mematulkan bintang. Bulan enggan hadir di tanah asing tak bertuan ini.
Semakin malam tubuh kita semakin bergetar hebat. Antara tidak sadar dan terjaga kusebut namamu berulang-ulang untuk memastikan kau tetap ada, kamupun melakukan hal yang sama. Jadilah malam ini riuh rendah seperti nyanyian berisikan pujian untuk kita berdua. Kita lakukan itu sampai fazar. Sampai dari seberang lautan sana kita bisa mendengar kokok ayam pertama.
Bertahun berlalu, kita masih di sini, di sebuah dunia yang hanya kita berdua tinggali. Benua tak terpetakan, negeri tanpa bendera, negeri kosong yang hanya diisi kita berdua, sebuah tanah harapan yang mereka sebut... CINTA
ShoobahShabooh...aho...
#ODOP DAY 5
Komentar
Keren.. Ujung yang tak terduga..