dodimawardi.wordpress.com |
Tulisan ini merupakan bagian
penutup tentang metode pencarian ide tulisan yang saya biasa lakukan.
Setelah musik, film dan bacaan seperti yang saya jabarkan di bagian satu
dan dua, kita bisa menyimpulkan bahwa
sebuah ide bisa lahir dari ide lainnya yang terlebih dahulu diciptakan. Itulah
esensi seni, selalu berbiak dan mencoba menginspirasi walau datang dalam bentuk
yang berbeda-beda.
Sebuah ide tulisan bisa lahir
karena terinspirasi oleh tulisan lainnya. Sebuah ide tulisan bisa lahir dari
musik atau juga film. Prosesnya akan terus berulang seperti itu.
Bagian ini khusus saya tulis
karena tingkat penerapannya dalam pencarian ide sedikit sulit tapi jika kita
sudah terbiasa kita akan merasa bahwa ide untuk dituliskan jadi terlalu banyak
dan tidak pernah berhenti datang.
Pada beberapa kesempatan saat
membedah sebuah tulisan saya selalu menekankan kepada anggota bahwa sebuah
tulisan sebenarnya bukan hanya sebuah media baca tapi juga sekaligus media
rasa, sebuah media yang bisa mentransfer perasaan emosi, sedih atau senang dari
penulis kepada pembacanya.
Pada tulisan ini saya akan
menekankan tentang pentungnya sebuah rasa peka bagi seorang penulis. Harus
diakui bahwa setiap saat kita selalu dihadapkan pada sebuah buku yang tidak
pernah bisa habis dibaca. Tepat, buku itu adalah kehidupan yang terpampang di
hadapan Anda setiap saat.
Bayangkan berapa banyak kejadian
yang Anda temui setiap hari dari mulai bangun tidur sampi tidur lagi, bahkan
potongan mimpi yang masih sempat teringat saat bangin tidur pun bisa dijadikan
bahan tulisan kita. Syaratnya, kita harus memiliki kepekaan di atas rata-rata orang lainnya.
Saya akan sedikit membantu
prosesnya. Misalnya, sekitar dua minggu yang lalu saya baru saja membeli sebuah
sepatu boots, karena saya menyukai warna dan modelnya hampir setiap hari saya
memakainya. Hampir saya lupa dengan sepatu kets yang biasa saya pakai
sebelumnya, saya taruh saja secara serampangan di bawah tangga.
Itu hanya sebuah peristiwa
sederhana yang bagi sebagian orang mungkin normal. Tapi kita akan sedikit
mengasah kepekaan kita. Kita berandai-andai sepatu kets itu memiliki jiwa,
memiliki perasaan. Apa kira-kira yang akan dia katakan kepada kita?
See, sebuah peristiwa sederhana kadang menarik untuk dijadikan
bahan sebuah tulisan.
Atau, apakah Anda pernah
memikirkan petualangan uang lima ribu rupiah sehingga sampai mendarat di dompet
Anda? Bisa saja uang lima ribu rupiah itu sudah pernah melakukan perjalanan
yang lebih jauh di banding Anda. Dimulai dari tempatnya dicetak, lalu disetor
ke Bank, mendarat di tangan tukang sayur, masuk ke dalam kotak amal bahkan
mungkin jadi pelampiasan orang iseng untuk menuliskan nomor telepon di atasnya.
Sesederhana itu saja. Banyak hal
yang sebenarnya bisa menjadi bahan tulisan yang bagus tapi seringkali luput
dari pandangan kita. Kenapa? Karena kita terlalu memikirkan hal-hal besar untuk
kita tuliskan.
Berarti mulai saat ini kita harus
jeli memandang segala peristiwa yang tersaji di hadapan kita. Mulailah
berandai-andai untuk menjadi sepatu kets, uang lima ribu rupiaj atau mungkin
menjadi segelas kopi yang Anda nikmati sambil membaca tulisan ini.
Selamat berandai-andai dan
selamat melatih kepekaan.
Salam.
Komentar