Jangan pernah tanyakan
lagi kenapa aku tak mau berhenti berpuisi! Karena sebetulnya kamulah inti dari
pertanyaan sekaligus jawaban. Kalau kamu terus nekat bertanya, maka kita akan
terjebak dalam episode romantis yang tanpa kesudahan. Mengambang terus menerus
dalam sebuah siklus tanpa awal dan akhir. Romantis tapi miris. Indah tapi bikin
beugah.
Sekarang akan aku
kembalikan pertanyaannya padamu. Kenapa kamu terus bertanya? Di titik ini
logika kita akan dipaksa bekerja ekstra, ujung-ujungnya pikiranmu jadi tumpul
otak mendadak afkir. Kamu bisa gila. Kalau kamu gila aku bisa sengsara. Aku tak
mau terjebak seperti Qais dan Layla.
Sekarang sadarkah kamu
betapa pentingnya sebuah keheningan antara? Keheningan yang justru malah lebih
bayak berucap dari sekedar kata-kata, keheningan yang mengikat sekaligus
mengupas habis selubung hakikat.
Cinta, cukup cinta,
jangan berucap apa-apa. Hanya cinta yang mampu menyatukan semua bahasa di
dunia, merangkumnya, meremas tanpa ampun sampai semua abjad di bumi
bergemeletak luruh lalu pasrah mengucap sebuah bahasa baru, bahasa cinta.
Sudah, itu saja.
Komentar