TITIK 4 1 Fenna bangun dengan keadaan tubuh banjir keringat. Dia masih menangis, rasa rindu dan takut pada apa yang baru saja dimimpikannya membuat tangisannya tak mudah berhenti begitu saja. Dia menyibak sedikit pintu tenda yang terbuat dari kanvas kaku berwarna biru gelap. Matahari sudah merah. Jam berapa sekarang? Batinnya. Dia mengaduk-aduk tas bawaannya dan mengeluarkan handphone. Jam setengah enam sore! Lama sekali dia tertidur. Dia masih ingat pesan yang diberikan kakeknya dalam mimpi. Pergilah ke reruntuhan di belakang pulau!! Pergilah ke reruntuhan di belakang pulau!! Pergilah ke reruntuhan di belakang pulau!! Kata-kata itu terus terngiang dalam kepalanya. Cepat-cepat dia bangun, mengaduk-aduk isi tasnya lagi dan mengambil senter. Saat pertama datang ke pulau ini dia tahu jika ada sebuah reruntuhan bekas bangunan di belakang pulau, jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar sepuluh menit berjalan kaki, tapi tempatnya sedikit memisah dan jarang dilalui wisatawan atau para pemanc
JANGAN PERNAH MEMBELAKANGI MATAHARI