Si Burhan Jujur ya, sebetulnya aku senang sekali kalau kita sering-sering seperti ini. Kita duduk berdua bertatap-tatapan. Kadang sore-sore di taman, di keramaian café atau di dalam kamarmu yang hening. Senang sekali kalau kamu sudah berkerut-kerut kening, itu tandanya kamu sedang berpikir keras, mencoba mengungkapkan sebuah perasaan yang mengendap terlalu lama, dengan senang hati aku akan menatapmu sambil menunggu kamu berkeluh kesah di hadapanku. Aku sudah hafal benar semua ekspresi yang ada di wajahmu, rasa takut, sedih, kaget, lelah, senyum bahagia sampai lesung pipimu yang indah itu begoyang-goyang saat kamu tertawa. Alur urat-urat kehijauan di leher putihmu yang jenjang, hangatnya telapak tangan dan ujung jarimu selalu aku rindukan. Pernah suatu ketika saat kita berdua di kamar, tidak seperti biasanya tiba-tiba kamu menangis. Ada apa? Apa aku sudah melakukan sesuatu yang membuatmu begitu sedih? Kamu tidak menjawab, hanya menatapku dengan tatapan yang dalam, sesekali
JANGAN PERNAH MEMBELAKANGI MATAHARI