Bangun
pagi. Padahal semalam tidur pagi. Masih ngantuk. Tidur lagi.
Bangun
pagi. Padahal semalam tidurnya pagi. Masih ngantuk. Coba seduh kopi.
Bangun
pagi. Padahal semalam tidurnya pagi. Tidak ngantuk lagi. Kan minum kopi.
Bangun
pagi. Padahal semalam tidurnya pagi. Minum kopi. Enaknya sih sambil makan
surabi.
Bangun
pagi. Minum kopi. Makan surabi. Tapi kata orang surabi nggak bergengsi.
Bangun
pagi. Minum kopi. Surabi diganti roti. Biar gengsi.
Bangun
pagi. Minum kopi. Makan roti. Biar gengsi.
Bangun
pagi. Minum kopi. Makan roti. Perut mulas.
Bangun
pagi. Minum kopi sama roti. Gara-gara gengsi.
Ini
yang bikin malas. Gara-gara gengsi. Perut jadi mulas.
Bangun
pagi. Tidak minum kopi. Tidak makan roti. Perut tetap mulas.
Bangun
pagi. Perut mulas. Pergi ke kamar mandi. Tapi tidak mandi.
Tidak
terasa hari mulai siang. Perut mulas belum hilang.
Tanya
teman. Coba cek ke puskesmas.
Periksa
dompet. Tak ada uang. Ada kartu sakti. Aman.
Pergi
ke puskesmas. Antri. Satu jam antri. Dua jam antri. Tiga jam antri.
Perut
masih mulas. Masih antri. Masih antri. Masih antri.
Masih
antri. Tadi orang yang antri di belakang saya mati. Waktu antri.
Mungkin
kelamaan antri. Makanya dia mati waktu antri. Dia di belakang saya waktu saya
antri.
Nama
dipanggil. Saya masuk ruangan.
Dokter
tanya masalah itu dan ini. Cek badan saya di bagian itu dan di bagian ini.
Saya
dikasih resep. Disuruh ambil obat. Antri.
Satu
jam antri. Dua jam antri. Tiga jam antri.
Masih
antri. Masih antri. Masih antri. Masih antri.
Masih
antri. Tadi orang yang antri di belakang saya mati. Waktu antri.
Mungkin
kelamaan antri. Makanya dia mati waktu antri. Dia di belakang saya waktu saya
antri.
Obat
diambil. Isinya cuma vitamin.
Pulang
ke rumah minum obat. Ngantuk. Tidur.
Bangun
pagi. Tidak ngantuk karena tidak tidur pagi. Tidak bikin kopi.
Tidak
makan surabi. Tidak makan roti. Tidak belaga gengsi.
Tapi
perut masih mulas. Ke kamar mandi. Tapi tidak mandi.
Keluar
kamar mandi. Masih tetap mulas. Ke kamar mandi lagi.
Tidak terasa hari mulai siang. Perut mulas
belum hilang.
Tanya
teman. Coba cek ke puskesmas.
Periksa
dompet. Tak ada uang. Ada kartu sakti. Aman.
Pergi
ke puskesmas. Antri. Satu jam antri. Dua jam antri. Tiga jam antri.
Perut
masih mulas. Masih antri. Masih antri. Masih antri.
Masih
antri. Tadi orang yang antri di belakang saya mati. Waktu antri.
Mungkin
kelamaan antri. Makanya dia mati waktu antri. Dia di belakang saya waktu saya
antri.
Sudah
tiga orang mati dua hari ini. Waktu antri.
Nama
dipanggil. Saya masuk ruangan.
Dokter
tanya masalah itu dan ini. Cek badan saya di bagian itu dan di bagian ini.
Saya
dikasih resep. Disuruh ambil obat. Antri.
Satu
jam antri. Dua jam antri. Tiga jam antri.
Masih
antri. Masih antri. Masih antri. Masih antri.
Masih
antri. Tadi orang yang antri di belakang saya mati. Waktu antri.
Mungkin
kelamaan antri. Makanya dia mati waktu antri. Dia di belakang saya waktu saya
antri.
Sudah
empat orang mati dua hari ini. Waktu antri.
Bangun
pagi. Minum kopi. Makan surabi. Makan roti. Iya dong, kan gengsi.
Perut
mulas lagi. Pergi ke kamar mandi. Tapi tidak mandi.
Tidak
terasa hari mulai siang. Perut mulas belum hilang.
Tanya
teman. Coba cek ke puskesmas.
Periksa
dompet. Tak ada uang. Ada kartu sakti. Aman.
Pergi
ke puskesmas. Antri. Satu jam antri. Dua jam antri. Tiga jam antri.
Perut
masih mulas. Masih antri. Masih antri. Masih antri.
Masih
antri. Tadi orang yang antri di belakang saya mati. Waktu antri.
Mungkin
kelamaan antri. Makanya dia mati waktu antri. Dia di belakang saya waktu saya
antri.
Lima
orang mati dalam tiga hari ini. Waktu antri.
Nama
dipanggil. Saya masuk ruangan.
Dokter
tanya masalah itu dan ini. Cek badan saya di bagian itu dan di bagian ini.
Kata
dokter saya kena kanker.
Saya
dirujuk ke rumah sakit besar.
Saya
lihat dompet. Tak ada uang. Ada kartu sakti. Aman
Lapor
sana. Lapor sini.
Minta
surat itu. Minta surat ini.
Mohon
sana. Mohon sini.
Surat
lengkap. Antri.
Satu
jam antri. Dua jam antri. Tiga jam antri.
Waktu
antri orang di depan dan di belakang saya mati.
Mungkin
terlalu lama antri. Makanya mereka mati waktu antri. Mereka mati di depan dan
di belakang saya waktu antri.
Di
rumah sakit besar. Dokter cek sana cek sini. Tanya itu tanya ini. Diagnosa begitu
diagnosa begini.
Setelah
itu saya disuruh ambil obat. Antri
Satu
jam antri. Dua jam antri. Tiga jam antri.
Waktu
saya antri. Orang di depan dan di belakang saya mati. Mungkin terlalu lama
antri. Mereka mati di depan dan di
belakang saya. Waktu antri.
Kok
bisa mati? Kan antri.
Setiap
hari begini. Ini sama saja depopulasi.
Makanya
antri.
Tak
terasa hari siang. Rasa mulas mulai hilang. Saya pulang.
Walau
di dompet tak ada uang. Kan ada kartu sakti. Aman.
Di
depan pintu rumah banyak orang. Ada yang mati.
Saya
cek nisan. Saya yang mati.
Kapan?
Tadi pagi.
Kok
bisa? Kan saya mati waktu antri.
Setiap
hari begini. Ini sama saja depopulasi.
Makanya
antri.
Bangun
pagi. Padahal semalam tidurnya pagi. Masih ngantuk. Tidak niat tidur lagi.
Kan
sudah mati. Masak tidur lagi.
Bangun
pagi. Padahal semalam tidurnya pagi. Tidak minum kopi.
Kan
sudah mati. Masak minum kopi.
Bangun
pagi. Padahal semalam tidurnya pagi. Tidak makan surabi.
Kan
sudah mati. Masak makan surabi.
Bangun
pagi. Padahal semalam tidurnya pagi. Tidak makan roti.
Kan
sudah mati. Masak makan roti.
Bangun
pagi. Padahal semalam tidurnya pagi. Tidak ke kamar mandi.
Kan
sudah mati. Masak mandi sendiri.
Bangun
tidur. Lihat dompet. Tidak ada uang. Ada kartu sakti. Tidak aman.
Kartu
sakti tidak bisa buat biaya penguburan
NEW
ODOP#5
Jakarta,
13 Agustus 2015
Komentar
Ainayya senyum2 baca ni tulisan. Lucu keren gitu dah