Langsung ke konten utama

INDAH, INDAH, INDAH DI MANA-MANA INDAH


Beruntung sekali kalian yang tinggal di Jakarta. Wisata alam di kota ini melimpah ruah. Tak ada tandingannya. Daerah-daerah lain hanya akan gigit jari kalau tahu panorama alam yang selalu mereka sanjung-sanjung dan mereka pajang besar-besar potonya dalam bentuk kalender di ruang tamu tidak ada apa-apanya dibandingkan pesona alam Jakarta. Mereka pasti iri kalau diberitahu betapa kayanya dan mempesonanya wisata alam yang ada di Jakarta, tapi sejauh ini hal ini terus kami rahasiakan agar tidak terjadi lagi arus urbanisasi besar-besaran. Semua keindahan ini kami tutup rapat-rapat agar tidak ada lagi rombongan yang ramai-ramai eksodus dari kampung halaman demi menjejakkan kaki di tanah impian.

Tapi sebagai pribadi, saya merasa tidak adil. Kita hidup dalam bingkai sebuah neagra kesatuan, semua keindahan ini milik rakyat Indonesia secara utuh. Maka dari itu akan saya beberkan sedikit tentang keindahan Jakarta.
Gunung Semeru digadang-gadang sebagai gunung paling indah di Indonesia, ini dimungkinkan karena ekspos berlebihan salah satu film populer yang sempat booming beberapa waktu yang lalu. Tapi saya kasih tahu, Gunung Semeru tidak ada apa-apanya dibandingkan gunung yang ada di Jakarta, namanya Gunung Sahari. Tak perlu berlelah-lelah mendaki. Tinggal berhentikan taksi lalu sebut nama Gunung sahari, semua supir taksi di Jakarta pasti tahu. Hampir semua jenis hiburan dan keindahan ada di sana tersaji, hiburan keluarga, hiburan anak muda sampai hiburan abu-abu, kalian pasti tahulah maksudnya.

Katanya kalau mau bermain ice skating harus pergi ke wilayah subtropis saat musim dingin. Permukaan danau di sana beku, menjadi es. Danau beku itu bisa dijadikan arena ice skating yang menyenangkan. Tapi resiko selalu mengancam, siapa yang berani menjamin kalau permukaan es itu tidak akan retak dan menelan orang-orang yang sedang berseluncur di atasnya? Tapi di Jakarta kalian bisa bermain ice skating kapan saja, sepuasnya, sampai sendi lutut lepas kalau perlu. Lagi-lagi berhentikan taksi, lalu sebutkan nama sebuah Mall di Jalan S. Parman. Di lantai empat mall yang katanya terbesar se-Asia Tenggara ini ada arena ice skating. Tak perlu jauh-jauh ke negeri subtropis. Tidak usah ambil resiko tercebur ke dalam danau beku. Silakan main sepuasnya. Kalau lapar silakan keluar dari arena. Ribuan toko sejauh pandangan mata menyambut anda. Selamat datang di Jakarta.

Itu baru sebagian yang saya paparkan. Saya yakin itu saja sudah bisa membuat kalian iri atau mungkin malah ingin buru-buru datang ke Jakarta dan mampir ke rumah saya lalu menjitak ubun-ubun saya karena sudah menjebak pembaca dan memberikan informasi yang tidak berguna, ahahahahaha. Tapi kali ini saya serius. Silakan duduk dengan manis dan baca kelanjutannya.

Kalau suatu saat nanti kalian terdampar di Jakarta, cobalah cari rumah Anna Molli. Kalian tanya pada kondektur atau tukang parkir arah menuju ITC Roxy Mas, semua orang Jakarta tahu letaknya di mana. Dari ITC Roxy Mas lalu terus saja ke arah Mall Ciputra, di sepanjang jalan ke sana kalian akan menemui rumah sakit Sumber Waras, Universitas Trisakti dan di seberangnya ada terminal Grorol. Terus saja tidak usah ragu, nanti kalian akan menemukan sebuah perempatan besar sebelum Mall Ciputra, dari situ lalu kalian belok kanan ke arah jalan Latu Menten, berjalanlah kira-kira seratus meter lalu kalian tengok ke sebelah kiri. Tepat, kalian akan menemukan sebuah bangunan besar dengan halaman rumput luas dan berpagar besi tinggi. Di depannya banyak pohon akasia besar yang ditanam, kalau sore terasa indah sekali. Angir semilir ditingkahi nyanyian burung, amboi… indah sekali rasanya.Coba sedikit tengadah ke atas, ke arah papan lebar bertuliskan huruf besar-besar: RUMAH SAKIT JIWA GROGOL.

Saya serius. Saya bingung sekali waktu disodori tema pemandangan alam ini. Saya coba ingat-ingat tempat dengan pemandangan indah di Jakarta, rasanya minim sekali. Ada teman yang menyarankan tentang kepulauan seribu saya malah jadi  minder, kurang pede kalau dibandingkan dengan keindahan pulau-pulau lain, pulau seribu terkesan kurang eksotis, terlalu minimalis.

Stress berat rasanya sampai suatu ketika saya mendapat ide tentang pemandangan yang luar biasa indah yang bersifat universal. Tempat ini ada di Jakarta, ada di Tanah Toraja, ada di Mahameru, ada di Lombok, ada di Aceh, bahkan tersaji setiap hari di pekarangan rumah kita, tepatnya pemandangan luar biasa indah yang bersifat universal itu ada di dalam kepala kita. Makanya saya tadi sempat menyasarkan kalian sebagai pembaca ke rumah sakit jiwa.

Konon itulah tempat bagi orang-orang yang kalah, yang tidak sanggup menanggung derita pikiran, terseok-seok peradaban, tak bisa berenang dalam arus kehidupan yang luar biasa kencang dan harus terdampar di sana.

Tidak ada satupun tempat yang indah di dunia ini kecuali kita menatapnya dengan pandangan yang cerah, terbuka lebar tanpa diembel-embeli keinginan memiliki apa lagi merusak. Pikiran yang indah akan menjadikan segala yang dipandang akan menjadi indah. Keindahan yang paling utama adalah saat kita melihat jauh ke dalam, bukan malah justru menatap ke luar.

Keindahan semenakjubkan apapun akan terasa hambar saat isi dalam kepala kita terlalu penuh dengan remeh temeh masalah yang kita bawa dari rumah. Semenarik apapun pemandangn tak akan bisa kita nikmati sampai tuntas jika ongkos kita untuk pulang kurang, pahamkan maksud saya. Saya yakin sebagian dari kita pernah mengalaminya, ahahahhaha.

Supaya tidak masuk ke rumah sakit yang ada di bilangan Grogol tersebut ada baiknya kita piknik. Tidak usah jauh-jauh, tidak perlu mahal mahal. Bangun pagi saat hari libur, sirami pohon di pekarangan, beri makan burung dalam sangkar lalu naik ke balkon untuk melihat matahari terbit. Itulah pemandangan alam paling indah di mana Tuhan membaginay secara adil kepada siapapun, baik yang di gunung, di tepi pantai, di kota maupun di desa. Bersyukurlah kita masih diberi otak yang sehat dan pikiran yang waras karena itulah sumber yang paling indah untuk menatap semua hal indah dikaruniakan khusus kepada mahkluk paling indah oleh Dia Yang Maha Indah.

ODOP TEMA KEINDAHAN ********…….. :(

Komentar

Nafakhatin Nur mengatakan…
Indaaah banget..ayem bacanya..i like
Unknown mengatakan…
Masuk akal juga bang. Seperti yg kulakukan tiap pagi. Bersihin kandang burung, kasih makan n jemur burung dibwh terik matahari pagi. Lalu mengamati keasyikan burung sedang makan jagung manis pemberianku tadi..hmm rasanya indah sekali
Uncle Ik mengatakan…
terima kasih banyak mbak Nafa, semoga tulisan saya bisa jadi piknik darurat saat tidak punya banyak waktu ya
Uncle Ik mengatakan…
iya mbak Maya ternyata keindahan ada di mana-mana ya, saya juga sadar waktu tidak ada ide tentang tempat indah di kota saya, taunya yang indah-indah malah ada di dalam diri kita sendiri
Anonim mengatakan…
Sepertinya tulisan ini lahir dari perenungan sepulang dari RS Grogol :D

Lagi, saya tak bisa berhenti membaca sampai akhir. Membacanya seperti menonton teatrikal.
Uncle Ik mengatakan…
ahahahahhaha, materi kali ini terlalu berat buat 'tukang parkir' seperti saya mbak, makanya saya ajak pembaca bermain-main dengan pikiran saya yang acak
Unknown mengatakan…
Beberapa typo kak Achmad XD Mohon bimbingannya ^^//
Ternyata ice sketing Jakarta tenyata asik juga.

Postingan populer dari blog ini

MEREKAM KENANGAN: BAPAK SINAGA

MEREKAM KENANGAN 3 Kuregangkan punggungku, lumayan pegal juga setelah menulis hampir setengah jam. Kulirik jam tanganku, sudah jam sebelas malam. Suara gerimis yang jatuh terdengar di atas genteng terdengar samar. Hujan ternyata, selama menulis tadi aku tidak mendengar suara hujan karena telingaku tertutup head phone . Pantas saja punggungku terasa dingin. Di cuaca seperti ini pasti enak sekali minum kopi, pikirku. Lalu aku bangun dan menuju ke dapur, mampir sebentar ke kamar mandi lalu masuk ke kamar tidur. Di dalam kamar aku duduk di tepi ranjang. Aku diam termenung, rasanya ada yang janggal, tapi aku tak tahu apa. Kunyalakan sebatang rokok. Asap mengepul. Kopi! Tadi aku mau menyeduh kopi. Kenapa bisa tiba-tiba lupa begini? Apakah karena demensia ini semakin parah? Kutepiskan pikiran itu, pasti hanya lupa biasa, batinku mencoba menenangkan diri. Segera beranjak dari kamar dan langsung ke dapur. Setelah selesai menyeduh kopi aku lewat ruang tamu. Laptop ku kok menyala ya?

HANYA SEBUAH DOA SEDERHANA

“Aku hanya ingin sebuah kehidupan yang jujur dan sederhana. Sesederhana dan sejujur kopi hitam yang kusesap saat hari gerimis.” E-mail itu aku terima sekitar tiga bulan lalu. Tak pernah ada firasat sebelumnya kalau e-mail yang sederhana itu akan mengantarkan hidupku ke dalam sebuah potongan cerita tentang kehidupan yang sedemikian rumit.             Jam sebelas malam, gerimis sejak sore. Dengan perasaan malas tapi dipaksa perut yang lapar akhirnya aku melangkah juga dari kamar kost tiga kali dua meter yang pengap ini. Tujuanku jelas, nasi goreng Bang Anwar, karena hanya di sanalah aku bisa berhutang malam-malam begini dan juga ada wifi gratisan yang bisa aku tebeng . Lumayan, aku bisa mengecek      e-mail dan facebook sekalian browsing . Siapa tahu ada informasi lowongan kerja yang bisa aku lamar.             Menyedihkan memang, di zaman yang katanya serba canggih dan era digital tanpa batas ini, tetap saja aku harus bersusah payah nebeng hotspot tetangga untuk sek

TRIP MEMANCING KE PULAU UNTUNG JAWA

Sebenarnya ini pengalaman saya yang sudah lumayan lama tapi saya rasa ada baiknya juga saya bagikan karena pengalaman memancing ini salah satu yang saya pikir paling unik. Kejadiannya sudah hampi dua tahun lalu, saya sudah menekuni hobi memancing sekitar tujuh tahun. Banyak juga pengalaman yang bisa saya bagikan di kesempatan yang lain. Seperti biasa, sebelum memulai trip memancing saya menyiapkan segala sesuatunya di darat. Perlengkapan memancing khusus laut, pakaian yang bisa melindungi dari sengatan matahari dan juga umpan. Saya berangkat dari rumah bersama tiga orang teman menuju daerah Dadap, Banten sekitar pukul dua dini hari. Perjalanan menggunakan sepeda motor memakan waktu kurang lebih satu jam. Sebelum tiba di Dadap biasanya saya mampir untuk membeli umpan berupa udang hidup. Harga udang waktu itu sekitar delapan puluh ribu rupiah per kilo. Saya membeli dua kilo, sekaligus membeli makanan untuk sarapan. Untuk makan siang diputuskan membeli langsung di Pulau U