Jujur saja, kalau lidah kamu belum fasih waktu melafalkan
kata can dan can’t atau masih saru saat mendengar kata love dan laugh lebih baik
kamu jangan ikut-ikutan latah mengkonsumsi makanan yang kebarat-baratan.
Lupakan hot dog, tinggalkan hamburger atau bercerailah dengan pizza. Cobalah
berpaling ke surabi, dekati ketoprak atau mulailah beramah-tamah pada gado-gado.
Saya bukan sok nasioanlis atau anti
barat. Saya juga bukan seorang pedagang pecel lele atau tukang nasi goreng
keliling, sumpah saya tidak berusaha menjelek-jelekkan makanan asing agar
dagangan saya laku. Saya tidak punya kepentingan dengan naik turunnya omset
mereka.
Kalau ada yang bertanya kepada saya apa makanan favorit
saya, saya akan menjawab dengan pasti kalau ketoprak adalah makanan paling enak
di dunia bagi saya. Norak? Kampungan? Nggak
keren? Kurang funky? Terserah!
Saya akan ceritakan sesuatu yang pasti bikin kalian terkaget-kaget.
Apa kalian tahu kenapa dalam islam (agama yang saya anut) kita diharuskan
membaca doa sebelum menyembelih hewan? Selain itu tuntunan syariat, itu juga
sebagai sebuah permintaan agar hewan yang kita sembelih ikhlas menjadi santapan
kita, mau memberikan sebagian dari dirinya agar kita manusia yang bertugas
sebagai khalifah di muka bumi ini tidak loyo, tidak penyakitan, tidak kurang
gizi. Kalau hewan itu ikhlas pastilah membawa berkah dan kebaikan bagi kita
yang mengkonsumsinya.
Apa kalian juga tahu bahwa di eropa sana orang-orangnya
sudah mulai emoh makan makanan fast food? Malas mengkosnsumsi junk food dan dan sebisa mungkin bergaya
hidup sehat luar dalam. Apa yang pertama mereka lakukan? Mereka mengecek sumber
daging yang mau mereka makan. Kalau sekiranya daging-daging itu dihasilkan dari
sebuah peternakan ‘kejam’, mereka buru-buru tinggalkan. Apa sih peternakan
kejam itu? Peternakan yang memperlakukan hewan ternaknya tidak dengan rasa
kemanusiaan. Bayangkan, hewan ternak saja tetap harus kita perlakukan dengan
rasa kemanusiaan.
Di peternakan ‘kejam’ hewan-hewan ternak kemungkinan sama
sekali tidak mengenal matahari dari semenjak mereka lahir samapi mereka harus
dipenggal di rumah jagal. Sedari lahir mereka dikurung dalam kandang. Dicekoki rupa-rupa
obat-obatan dan makanan sintetis agar mereka dapat tumbuh cepat. Itu semua
dilakukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan pasar yang seolah-olah semakin rakus
mengkonsumsi dan tidak pernah ada habisnya. Akibatnya? Amarah. Ya, amarah. Jangan
kalian pikir hewan yang diperlakukan kejam tidak memendam amarah. Amarah itu
mereka simpan dalam daging mereka lalu kalian atau anak kalian makan. Akibat kedua,
penyakit. Saya tidak berbicara masalah higienitas
suatu makanan. Mereka itu ahlinya bersih-bersih. Restoran bercat putih, meja stainless steel, pengharum ruangan dan
musik R&B untuk memperkuat selera makan. Dalam ranah fisika energi itu
dapat berubah bentuk, disimpan dan dipindahkan, lalu kalau dipapar lebih jauh,
amarah juga bentuk energi tersendiri yang mungkin bisa kamu warisi dari
hewan-hewan yang mati penasaran dan masih menyimpan dendam dan kebencian tadi.
Jangan heran kalau banyak anak muda yang ngaku-ngaku anak metropolitan, yang
makannya di restoran wara laba itu lebih cenderung bersifat hedonis, hiper
aktif, liar dan sulit dikendalikan. Banyak psikiater berpendapat mereka anak
salah asuh, kurang kasih sayang, tapi mereka sering lupa dari mana mereka punya
otot, dari mana sel otak mereka berkembang, dari makanan yang mereka makan.
Kalau dagingnya sedemikian ‘seram’ lalu bagaimana dengan
sayuran, gandum dan bahan dasar lainnya? Sama saja. Ribuan hektar tanah dibajak
berkali-kali, dipupuki, beri steroid kalau perlu agar hasil panen menghasilkan
tumbuhan raksasa, segar dan bisa memenuhi kebutuhan secepatnya. Lagi-lagi
tumbuhan juga harus kita perlakukan dengan rasa kemanusiaan. Kita itu manusia
yang menganut agama rahmat untuk seluruh alam, perlakukan alam dan isinya
dengan rasa kemanusiaan. Jangan perkosa, siksa, kuras dan bombardir isinya
hanya untuk memenuhi rasa rakus semata.
Mari beternak ayam, mari beli tanah lalu pelihara sapi,
kambing dan itik. Biarkan mereka bermain, mandi matahari pagi, merumput dan sampai
pada saatnya kelak mereka ikhlas memberikan sebagian dari dirinya untuk kita
ambil. Semoga dengan cara ini kita tidak hanya makan makanan yang sehat saja,
tapi d situ juga kita makan cinta, makan kasih sayang bukan makan amarah dan
kebencian.
Orang eropa sana sudah berpikir sejauh itu, lalu kenapa
kita tidak? Kalau masih ngaku
kebarat-baratan silakan, tapi ambil yang positifnya, jangan hanya sifat hedonisnya
saja yang kita tangkap.
Mengenai ketoprak? Sudahlah tak perlu banyak saya jelaskan.
Cita rasa makanan tidak akan pernah sampai kalau hanya diceritakan. Intinya buat
saya makanan terenak di dunia adalah ketoprak. Titik.
Semoga jadi bahan renungan bagi kita. Ini bukan hasutan
atau propaganda. Mari makan makanan yang bukan hanya sehat untuk tubuh tapi
juga untu jiwa.
Ingat sebuah pepatah lama yang berkata Men Sana In Corporesano yang berarti
temanya kesana, saya nulisnya malah kesono. Ahahahhaha……
NEW ODOP : TEMA KULINER
L
Komentar
Tulisan kali ini dr judul sampai paragraf akhir "dapat banget". Diksinya jg saya suka. Uraiannya ngalir lancar, gk pake polisi tidur. Double thumbs up!