Malam luruh di atas kotamu yang muram. Bulan pucat yang mengiba kenangan, pasrah ditusuki gerimis dan jelatang. Sore di dermaga, memandangi rupa ombak tua yang jingga, renta, kusut masai dan terengah-engah menanti kematian. Kelasi setengah mabuk berteriak-teriak dari arah haluan, “Turunkan layar! Kita jelajah samudera purba!” Lalu sebuah kapal berlayar harapan dan berdinding kenangan melesak dalam kabut jingga. Di hadapanmu kini aku harus mengistirahatkan kata-kata. Dunia itu sepi, Sayang. Ada enam miliar manusia tanpa tegur sapa.Enam miliar mulut tanpa kata-kata. Jangan berharap nama kita ada di sana. Hanya lewat matamu lah, aku bisa merasakan keindahan Sebuah rekreasi azali. Ke sebuah wilayah tanpa tepi. Di hadapanmu kini aku harus menyatakan kebenaran. Berhentilah bermain petak umpat dengan takdir. Jangan pernah membelakangi matahari. Kita tatap matanya yang garang dengan keberanian, kalau perlu sampai wajah kita terpanggang. Genggam tanganku, tak ada ya
I had this perfect dream Un sueno me envolvio This dream was me and you Tal vez estas aqui *Barcelona- Freddie Mercury & Montserrat Caballe Nyanyian itu terdengar sayup, timbul tenggelam. Tersamar antara desahan nafas yang tertahan dan degup jantung yang semakin cepat. Semua tulang di tubuh Eva terasa mencair. Otot wajahnya menegang hebat, sudah beberapa kali dia tersedak. Wajah pucat tanpa darah yang megap-megap setengah mati mencari udara. Matanya membelalak liar menatap langit-langit kamar president suite yang dia sewa beberapa jam lalu. Ada lukisan replika The Creation of Adam karya Michael Angelo. Ini mengingatkannya saat berkunjung ke Kapel gereja Sistine. Waktu itu dia malas tengadah terlalu lama untuk menyaksikan lukisan itu, tapi kali ini dia benar-benar mampu mnyaksikannya dengan jelas. Adam yang gagah dengan tubuh telanjang menyentuhkan jarinya ke jari Tuhan, dan Tuhan-pun berbaik hati memberikannya restu dan pengetahuan. Jelas sekali, wala