Langsung ke konten utama

THE DUMBEST OF ALL

sumber: buktiunik.blogspot.com



Kadang kami merasa heran dengan kalian. Mahkluk yang paling tak tahu diuntung, besar kepala. Memangnya kalian pikir dengan ukuran volume kepala yang hanya sebesar mangkuk kalian bisa ngangkang seenak udel kalian di bumi mulia ini? Biar kami beri tahu kenyataan yang sebenarnya supaya kalian tidak congkak lagi. Kalian itu hanya bangsa yang dulunya merayap di pohon-pohon sambal memamah dedaunan, kalian dulunya hanya segerombolan pengecut yang bersembunyi di gua-gua jika matahari terbenam.

Heran juga, tidak sampai lima menit dalam  skala waktu evolusi bumi kalian sudah melompat jauh, nekat memangsa kami dan menawan  dalam kurungan sempit seperti ini. Karena  tahu fitrah , maka kami sejauh ini tetap bersabar. 

Jangan salah tanggap, kami tidak seratus persen mengalah pada kalian. Tugas kami sekarang hanya sebagai penyaksi. Menyaksikan kalian tumbuh, menguasai seisi bumi, saling bunuh-bunuhan, menumpahkan darah lalu punah, setelah itu giliran kami berkuasa sambil mempertimbangkan nasib kalian selanjutnya.

Ekspektasi pada kalian ternyata berlebihan, selama ini kami pikir kalian akan menguasai dunia  jauh lebih lama dari bangsa reptil yang bahkan menjaga temperature tubuh saja tidak mampu. Bangsa reptil mampu menjaga stabilitas kerajaan mereka selama jutaan tahun, tapi kalian? Cuiiihhhh, tidak sampai tiga millennium saja kalian tampaknya sudah sempoyongan menjaga keajegan ras kalian.

Pemenang evolusi? Yakin? Biar aku  ceritakan sebuah cerita dari leluhurku yang sudah leluhurku dapatkan dari leluhur-leluhur kami sebelumnya. Awalnya bumi ini dikuasai bangsa jin, golongan paling kuat. Mereka besayap, kuat cerdas, tangkas. Mereka dapat berpindah tempat sesuka hati, peradaban mereka jauh lebih tinggi tapi karena ketamakan, akhirnya mereka berperang, berbunuh-bunuhan. Malaikat-malaikat gusar, lalu Tuhan yang Maha Agung memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk menghajar mereka sampai tuntas. Mereka tamat. Bumi ter-reset total. Sejenak ada keheningan sebelum akhirnya namgsa reptil naik ke daratan dan mendirikan kerajaanya. 

Setelah bangsa reptil musnah lalu kalian hadir, berdampingan dengan kami. Berbagi tanah dan air sebagai tempat yang nyaman untuk ditinggali.

Kita semua, seisi bumi ini pernah berjanji untuk saling adil dalam berbagi. Tapi ah, sudahlah. Kalian bangsa dengan isi kepala sebesar mangkuk itu terlalu cepat lupa. Lupa fitrah, lupa janji, lupa sumpah. Kalian terlalu rajin berbiak sampai bumi ini sesak. Kami mengalah, masuk ke dalam hutan-hutan yang lebih dalam. Entah dapat ilham dari mana, tiba-tiba saja kalian bukan hanya melanggar sumpah, tapi jadi bangsa yang haus darah. Memburu kami, menawan kami dalam tempat-tempat sempit. Kalian jauh lebih buas dari srigala dan lebih kejam dari elang.

Tapi ingat! Akan ada saat penghabisan. Kami sudah menyusun rencana buat kalian. Kalau kalian semua bisa bersekongkol untuk menghabisi seisi bumi, maka seisi bumi juga bisa berkonspirasi untuk menghabisi kalian sampai tamat.

Laut jadi buas menyesap panas matahari, biar bumi tambah hangat, supaya gunung-gunung salju raksasa yang ada di ujung-ujung bumi sana mencair. Lalu sahabat-sahabat kami yang renik bisa memutasi diri jadi lebih kuat. Mereka masuk ke dalam tubuh kami, lambat laun, dengan rasa lapar kalian yang seolah tidak ada habisnya kalian memangsa kami. Biar sahabat-sahabat kami yang renik ini berkerja dari dalam. 

Memangnya enak, saat tengah malam tiba-tiba kalian demam, menggigil lalu sesak napas, tidak sampai sepekan kalian mati.kalian mati. Aku ulangi lagi, kalian mati. Ahahahaha, benar-benar pembalasan dendam paling mujarab buat kalian bangsa yang tidak tahu adat, bangsa pelupa. Jangan salahkan kami kalau tiba-tiba jumlah kalian yang katanya hampir tujuh miliar itu tiba-tiba susut jadi ribuan. 

Kali ini kami tidak akan gagal, seperti yang pernah dilakukan musuh sekaligus sahabat kami bangsa pengerat yang ada di Eropa. Mereka gagal karena terlalu terburu-buru. Kali ini kami jauh lebih siap.

Tumggu saja, tidak sampai dua abad, kerajaan kami akan bangkit dan menguasai bumi. Sementara kalian akan kembali merayap di pepohonan sambal mememah dedaunan.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HANYA SEBUAH DOA SEDERHANA

“Aku hanya ingin sebuah kehidupan yang jujur dan sederhana. Sesederhana dan sejujur kopi hitam yang kusesap saat hari gerimis.” E-mail itu aku terima sekitar tiga bulan lalu. Tak pernah ada firasat sebelumnya kalau e-mail yang sederhana itu akan mengantarkan hidupku ke dalam sebuah potongan cerita tentang kehidupan yang sedemikian rumit.             Jam sebelas malam, gerimis sejak sore. Dengan perasaan malas tapi dipaksa perut yang lapar akhirnya aku melangkah juga dari kamar kost tiga kali dua meter yang pengap ini. Tujuanku jelas, nasi goreng Bang Anwar, karena hanya di sanalah aku bisa berhutang malam-malam begini dan juga ada wifi gratisan yang bisa aku tebeng . Lumayan, aku bisa mengecek      e-mail dan facebook sekalian browsing . Siapa tahu ada informasi lowongan kerja yang bisa aku lamar.             Menyedihkan memang, di zaman yang katanya serba canggih dan era digital tanpa batas ini, tetap saja aku harus bersusah payah nebeng hotspot tetangga untuk sek

MEREKAM KENANGAN: DEMENSIA

MEREKAM KENANGAN 1 Terima kasih banyak unuk keluarga, para sahabat, guru-guru dan mantan kekasih yang sudah bersedia menjalani banyak kenangan pahit dan manis bersama. Semoga dengan saya menuliskan cerita ini bisa membangkitkan  simpul-simpul kenangan yang sempat terlupa. Sebagian besar kisah dalam cerita ini -mungkin- pernah terjadi dalam hidup saya atau mungkin juga hanya fantasi dan reaksi alam bawah sadar saya yang secara langsung atau tidak langsung tidak bisa saya filter lagi karena penyakit yang saya derita ini.             Dua hari yang lalu aku terlambat sampai ke tempat kerja. Masalahnya sederhana, di perempatan jalan terakhir menuju ke tempat kerjaku tiba-tiba saja aku salah membelokkan motor yang aku kendarai, akibatnya aku harus memutar jauh dan terjebak kemacetan yang biasanya aku hindari. Sampai di tempat kerja aku menebak-nebak kenapa aku sampai bisa salah belok, apakah aku melamun? Padahal jalur yang aku tempuh sudah enam tahun lebih aku lalui, sampai aku h

MEREKAM KENANGAN: UNTUK DIA

MEREKAM KENANGAN 3 Kutuliskan cerita ini untuk mengenang satu nama. Jakarta. Siapa sih orang di Indonesia yang tidak mengenal nama kota ini? Jakarta yang menjadi Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Jakarta yang walaupun sumpek tetap saja menjadi magnet orang-orang untuk mencari peruntungan. Jakarta, yang sejak lahir sampai sekarang menjadi tempat saya hidup. Dan, di kota inilah semua cerita ini bermula. Langit sore di bulan Juli itu redup, angin gemuruh. Di sebelah selatan tampak awan hitam mulai berarak. Sesekali kilatan petir tampak diiringi suara guruh yang samar. “Buruan baris! Wooiii…. Pada ngapain ngumpul di situ?” Tidak jelas suara teriakan siapa, yang aku tahu itu pasti salah satu seniorku. “Ini cewek tengil amat. Mau beken di sini, hah?” Tiba-tiba saja semua mata menatap ke satu titik yang di tuju. Seorang gadis berkulit putih dengan rambut lurus berponi sedang bersandar di pagar sekolah. Hari ini adalah hari terakhir Masa Orientasi Siswa di salah s