"Kamu suda siap?" tanya wanita itu. Fenna diam, tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia melemparkan pandangan ke arah lautan yang gelap. Hatinya berdebar-debar, ada rasa takut luar biasa yang dia rasakan, tapi di samping wanita yang baru saja dikenalnya ini dia merasakan kedamaian.
"Apakah kamu sering bertanya-tanya dalam hati kenapa kamu sering melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang kebanyakan orang lain tidak bisa rasakan?" wanita itu bertanya lagi.
Deg. Lagi-lagi wanita itu menanyakan suatu hal yang hanya dirinya sendiri yang yahu jawabannya. Siapa sebenarnya wanita yang kini berdiri di sampingku ini? batin Fenna.
"Dari mana kamu tahu itu? Siapa kamu sebenarnya?" Rasa penasarannya sudah tak bisa dia bendung lagi.
"Ketahuilah Fenna, ada banyak hal yang tidak mungkin dijelaskan saat ini. satu hal yang harus kamu tahu kalau kamu dan beberapa orang lainnya yang sudah terpilih harus dipersiapkan sesegera mungkin." Fenna semakin tidak mengerti.
"Kamu mewarisi semua kemampuanmu dari Huta." Fenna mundur beberapa langkah saat mendengar nama kakeknya yang sudah lama meninggal disebut oleh wanita yang baru saja dikenalnya ini.
"Jelaskan semuanya sekarang atau aku akan pergi!" Fenna mulai kehilangan kesabarannya dan sedikit mengancam.
Wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah Fenna, menatap matanya dalam-dalam. Ada kekuatan yang tak mampu dia lawan. Tatapannya lembut tapi sarat makna. Ada berlapis-lapis rahasia yang sulit sekali dia kupas, dengan kemampuannya yang di atas manusia yang lainpun tetap saja sia-sia. Fenna tak mampu sedikitpun membaca pikiran wanita ini.
"Baiklah, akan aku jelaskan semuanya." Wanita itu berkata, entah karena takut pada ancaman Fenna atau karena dia bisa membaca apa yang ada dalam benak Fenna.
"Ketahuilah," wanita itu memulai penjelasannya. "Ada empat jenis manusia berdasarkan kadar intelektual dan spiritualnya. Yang pertama, manusia yang kadar intektual dan spiritualnya rendah, maka jadilah mereka manusia rata-rata. Manusia kebanyakan. Mereka harus berusaha keras untuk mempelajari sesuatu, harus diiming-imingi janji Tuhan akan surga atau harus diancam akan dibenamkan dalam neraka agar mereka mau mengakui dan beriman kepada Tuhan. Yang kedua, manusia yang kadar intelektualnya rendah, tapi secara spiritual luar biasa, sayangnya karena intelektualitas mereka rendah dan kurangnya nalar dalam menganalisa sesuatu secara logis kebanyakan mereka jadi dukun, paranormal, tukang tenung dan lainnya." Wanita itu berhenti berbicara sebentar, mengalihkan pandangannya lagi ke arah laut.
"Kamu sudah paham?" Tanya wanita Itu lagi tanpa memalingkan wajahnya ke arah Fenna.
"Lalu yang dua lagi?" Fenna semakin merasa penasaran.
Fenna bisa melihat ada senyum tipis di bibir wanita itu walau dia melihatnya dari arah samping.
"Golongan yang ketiga, mereka yang kadar intelektualnya tinggi tapi sayang secara spiritual rendah. Mereka luar dalam memahami logika, mereka tak percaya ada hal-hal yang memang kadang tidak pernah bisa dipecahkan oleh logika sederhana, kebanyakan mereka jadi ilmuwan, mereka tidak percaya Tuhan dan hal-hal terselubung lainnya. Tuhan mereka ada di atas kertas atau di dalam tabung-tabung laboratorium. Mereka adalah Tuhan untuk diri mereka sendiri. Dan golongan yang terakhir adalah kamu, Huta dan beberapa orang lainnya yang tersebar di luar sana,
"Kalian memiliki intelektualitas dan spiritualitas dalam level yang sempurna, tergantung ke arah mana kalian membawanya. Kalian diberi kelebihan sekaligus kutukan dan beban yang lebih berat yang harus kalian pikul melebihi manusia kebanyakan."
"Siapa sebetulnya dirimu?" tanya Fenna. Kini nadanya lebih tinggi.
"Aku Oma Hilda."
"Bagaimana kamu bisa mengenal kakekku?"
"Majulah!"
Komentar
Kutunggu lanjutannya kaka :)))